Dipeluk Awan

Pada zaman ini, manusia mungkin bergerak lebih cepat. Seperti pesawat. Karena hasrat. Apalagi dengan hasrat yang tak terkendali. Tabrak sana tabrak sini tanpa memahami kenapa mereka harus menabraki. Dan kadang, tak mau juga henti.

Pada zaman ini, manusia mungkin tidak lebih punya hati. Seperti keji. Bagi sebagian orang, nomor satu adalah materi. Mengalahkan nurani dan intelejensi. Adil dan sehat bukan lagi harga mati. Gerak dan kerumunan disponsori emosi.

Untuk semua kekacauan di dunia..

Kamu datang. Membuatku lebih tenang, tanpa kehilangan mimpi. Membuatku sadar bahwa mungkin batasku terlewat. Mengapresiasi kehadiranku di dunia. Memberikanku kejutan hidup yang sangat berarti. Memberikan kasih dan sayang terdalam yang pernah aku rasakan.

Pun kamu terus berjuang. Untuk semua yang kau anggap berarti. Dirimu, keluargamu, temanmu, dan impianmu. Hidup mungkin pernah mencacimu, mengalahkanmu, dan membuatmu jatuh. Tapi kamu bukan seorang yang lemah. Kamu pun tidak pernah berhenti bergerak. Kamu terus belajar. Kamu terus menggapai. Sambil mempertahankan kewarasan rasa dan nalar hidupmu. Dan aku akan terus meyakinkanmu bahwa hidup akan memberikanmu lebih ketika kamu menjadi “manusia”.

Terima kasih atas semua keindahan yang kamu buat dalam hidup. Aku sayang.